JAKARTA, LENSABANTEN.CO.ID – Fatin Shidqia membuka lembaran baru dalam karier musiknya dengan album “Cerita Kita”, rilisan yang menandai perubahan besar setelah 12 tahun. Jika “For You” (2013) menjadi simbol kemenangan dan kepopulerannya sebagai penyanyi muda berbakat, maka “Cerita Kita” adalah simbol kedewasaan dan kemandirian artistik.
Album ini bukan hanya tentang musik, tetapi tentang perjalanan introspektif Fatin dalam memahami siapa dirinya. Ia menulis, mengaransemen, dan mengarahkan warna musik sesuai dengan jati dirinya yang kini lebih matang.
“Dulu aku hanya menyanyi, sekarang aku tahu apa yang ingin aku katakan lewat lagu,” katanya.
Terdiri dari 12 lagu, “Cerita Kita” mengalir lembut antara pop, R&B, dan balada dengan sentuhan modern.
Beberapa lagu baru berpadu dengan karya lama yang disempurnakan ulang, menampilkan kesinambungan perjalanan Fatin sebagai musisi dan penulis lagu.
Salah satu lagu paling kuat, “Red Flag”, menunjukkan keberanian Fatin menulis dengan bahasa universal. Ia tak ragu membuka sisi rapuh dan berani, sesuatu yang jarang dilakukan oleh penyanyi yang lahir dari ajang pencarian bakat.
Lebih dari sekadar proyek musik, “Cerita Kita” adalah catatan perjalanan hidup. Fatin mengajak pendengarnya melihat bahwa setiap kesalahan dan ketidaksempurnaan justru adalah bagian dari pertumbuhan. “Aku tidak lagi takut terlihat gagal, karena justru di situ aku belajar,” tuturnya.
Perubahan Fatin juga terasa dalam vokal dan aransemennya yang kini lebih berlapis emosi. Ia tak lagi mengejar nada tinggi, tetapi memilih mengutamakan keintiman dan ketulusan dalam menyampaikan pesan.
Kembalinya Fatin dengan “Cerita Kita” menjadi momen penting bagi industri musik pop Indonesia. Ia membuktikan bahwa kejujuran dan konsistensi tetap menjadi fondasi utama dalam perjalanan panjang seorang musisi. (san/*) #artwork dok. ig@fatin30
