Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VIII Hidupkan Kembali Sungai Cibanten lewat Sasaka Cibanten 2025

 

SERANG, LENSABANTEN.CO.ID– Sungai Cibanten merupakan salah satu urat nadi sejarah Banten. Dari hulu hingga hilir, sungai ini merekam jejak panjang peradaban: dari pertanian lada yang menjadi komoditas dunia, perdagangan rempah yang menghubungkan Banten dengan jaringan global, hingga dinamika kebudayaan dari masa pra-Islam ke Islam, dari sakral ke profan, serta dari tradisional ke kontemporer

Bacaan Lainnya

Namun, arus yang dahulu jernih kini menghadapi kenyataan lain. Pencemaran, krisis ekologi, dan keterputusan nilai sejarah membuat Sungai Cibanten kehilangan perannya sebagai cermin peradaban.

Generasi muda semakin jauh dari riwayat sungai, dan masyarakat tercerabut dari keterhubungan yang pernah begitu kuat dengan sumber air kehidupan ini.

Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VIII, Kementerian Kebudayaan menghadirkan Sasaka Cibanten sebagai ruang kolektif untuk menghubungkan ulang arus peradaban tersebut.

Melalui tema besar “Naritis Cai, Mapag Kabantenan”—air yang menetes, air yang mengalir, air yang menyatukan— Sasaka Cibanten tidak hanya menjadi perayaan seni dan budaya, tetapi juga sebuah ajakan untuk kembali membaca sejarah, meneguhkan kesinambungan, sekaligus merawat ekologi dan identitas kebudayaan Banten.

Arus Sejarah, Ekologi, dan Kreativitas, Sasaka Cibanten bertumpu pada tiga lapis utama:
1. Arus Sejarah – menelusuri jejak peradaban di sepanjang aliran sungai, dari masa lampau hingga kini. 2. Arus Ekologi – merespons krisis lingkungan sebagai refleksi dari keterputusan manusia dengan sumber hidupnya.
3. Arus Kreativitas – menghadirkan karya seni lintas disiplin sebagai medium refleksi, kritik, sekaligus imajinasi masa depan.

Melalui tiga hal ini, Sasaka Cibanten menjelaskan posisi kebudayaan bukan hanya sebagai ekspresi estetis, melainkan juga ruang refleksi, tempat pertemuan, dan jalan menuju masa depan bersama.

Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VIII, Lita Rahmiati, S.Sos., M.P.P menegaskan: “Sasaka Cibanten adalah wujud komitmen kita untuk merawat warisan budaya sekaligus menjawab tantangan zaman. Melalui kegiatan ini, kami berharap generasi muda tidak hanya mengenal Sungai Cibanten sebagai bagian dari sejarah, tetapi juga sebagai sumber inspirasi untuk merancang masa depan kebudayaan Banten yang berkelanjutan.”

Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VIII Hidupkan Kembali Sungai Cibanten lewat Sasaka Cibanten 2025

Sasaka Cibanten; salah satunya akan menghadirkan “Ngundeur Cai” (Mengambil Air), sebuah prosesi yang diadopsi dari ritual tradisi yang dilakukan masyarakat Ciomas setiap kali melakukan penjamasan (pembersihan) benda pusaka yang menggunakan sumber mata air yang ada di Sungai Cibanten.

Prosesi tersebut diadopsi sebagai pengetahuan tradisional yang mengusung nilai-nilai luhur hubungan manusia dengan alam, melambangkan kembalinya manusia pada asal-usulnya: sungai sebagai sumber kehidupan dan kebudayaan. Prosesi ini sekaligus menjadi penanda perjalanan Sasaka Cibanten yang berupaya merajut ingatan kolektif tentang Sungai Cibanten, baik secara ekologis maupun historis.

Sasaka Cibanten berlangsung dalam tiga rangkaian di sepanjang aliran Sungai Cibanten selama bulan Oktober:

 Hulu: 4 s.d. 5 Oktober 2025, Lokasi di Titik Nol Cibanten;
 Tengah: 11 s.d. 12 Oktober 2025, Lokasi di Gedung Juang, Banten Girang, Umah Kaujon, dan Jembatan Kaujon;
 Hilir: 25 s.d. 26 Oktober 2025, lokasi di Benteng Speelwijk, Keraton Kaibon dan Vihara Avalokitesvara Banten Lama.

Beragam program akan hadir dalam kegiatan sasaka ini, seperti pertunjukan, pameran, ngariung, workshop, walking tour, seminar, lomba dan konservasi sungai.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *