Belum Ada Titik Temu, Warga Galeong Tuntut Kontribusi Nyata dari PT Duta Abadi Primantara

TANGERANG, LENSABANTEN.CO.ID – Forum Warga Galeong Bersatu (FWGB) menggelar aksi pada Rabu, 1 Oktober 2025, di depan gedung PT Duta Abadi Primantara yang berlokasi di Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang. Aksi ini dipersiapkan sebagai bentuk protes terbuka dari masyarakat Kampung Galeong terhadap perusahaan yang dinilai belum memberikan kontribusi sosial dan lingkungan secara nyata bagi warga sekitar.

Dari pantauan Jurnalis Lensa Banten di lapangan, aksi dimulai sejak pukul 08.00 WIB dan berlangsung hingga selesai dengan melibatkan sekitar 150 orang warga. Bentuk kegiatan yang akan dilakukan cukup beragam, mulai dari orasi, long march, mimbar rakyat, hingga pembentangan spanduk yang berisi tuntutan masyarakat. FWGB menegaskan aksi ini murni untuk menyampaikan aspirasi secara damai dan tidak akan mengarah pada tindakan anarkis.

Bacaan Lainnya

Ketua FWGB, Lukman Fidriansyah, menuturkan bahwa hingga saat ini pihak perusahaan belum memberikan respons yang jelas terkait keluhan warga. Menurutnya, meski telah dilakukan mediasi, belum ada titik temu yang bisa memberikan solusi konkret bagi warga.

“Untuk saat ini, belum ada tanggapan dari pihak perusahaan terkait permasalahan warga. Sampai sekarang belum ada titik temu, artinya kita belum mendapatkan win-win solution,” ujarnya, kepada para Jurnalis di lokasi aksi.

Lukman menjelaskan bahwa tuntutan warga sebagian besar berfokus pada tanggung jawab sosial perusahaan yang dinilai tidak berjalan sebagaimana mestinya. Program Corporate Social Responsibility (CSR) yang seharusnya menjadi kewajiban perusahaan dianggap tidak merata, bahkan tidak pernah benar-benar menyentuh masyarakat Kampung Galeong.

“Tuntutan warga sendiri berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan. Program Corporate Social Responsibility (CSR) pun tidak merata dan tidak tepat sasaran. Warga merasa belum pernah benar-benar merasakan bantuan yang seharusnya disalurkan,” jelasnya.

Forum Warga Galeong Bersatu (FWGB) menggelar aksi pada Rabu, 1 Oktober 2025, di depan gedung PT Duta Abadi Primantara yang berlokasi di Galeong,. Foto : Dony

Selain persoalan CSR, Lukman juga menyoroti masalah ketenagakerjaan. Menurutnya, perusahaan belum transparan dalam proses rekrutmen. Alih-alih memberdayakan tenaga kerja lokal, perusahaan justru lebih banyak memberikan kesempatan kepada orang luar wilayah.

“Masalah utama yang disorot tetap soal CSR. Selain itu, rekrutmen tenaga kerja juga dipermasalahkan karena perusahaan belum transparan. Faktanya, pekerjaan lebih banyak diberikan kepada orang luar daripada warga lokal. Padahal, banyak warga yang kompeten dan siap bekerja, namun tidak mendapat kesempatan,” katanya.

Ia juga menambahkan bahwa dalam forum mediasi terakhir, pihak perusahaan tidak memberikan jawaban yang tegas. Meskipun perwakilan warga sudah menyampaikan keluhan dan tuntutan secara terbuka, jawaban yang diterima hanya berupa pernyataan umum yang tidak mengarah pada solusi.

“Ketika ditanyakan dalam pertemuan tadi, belum ada hal yang disampaikan secara jelas. Jawaban dari pihak perusahaan masih berputar-putar, hanya berupa negosiasi tanpa keputusan konkret. Hingga kini, perusahaan belum bisa memberikan kebijakan yang jelas,” tuturnya.

Selain dari FWGB, suara warga juga disampaikan langsung oleh Sultan Ferdiansyah, perwakilan warga RT 04. Ia menegaskan bahwa masyarakat di lingkungannya selama ini merasakan dampak yang cukup berat, terutama akibat banjir yang kerap melanda. Sultan mengaku kecewa karena perusahaan tidak menunjukkan kepedulian, bahkan untuk bantuan darurat sekalipun.

“Kontribusinya tidak ada. Kami tidur di kasur basah karena banjir berulang, sementara mereka enak-enakan tidur di kasur empuk. Dari pihak pabrik tidak ada kepedulian, bahkan bantuan makanan pun tidak ada,” ungkapnya.

Selain soal banjir, Sultan juga menyoroti masalah kesempatan kerja. Menurutnya, banyak pemuda di Galeong sudah mengajukan lamaran ke perusahaan, termasuk dirinya, namun tidak pernah mendapatkan panggilan. Kondisi ini dinilai semakin memperlebar kesenjangan antara perusahaan dengan masyarakat lokal.

Forum Warga Galeong Bersatu

“Saya lulusan SMA sudah memasukkan data lamaran hampir dua tahun, tapi tidak ada panggilan sama sekali. Banyak teman-teman di Galeong juga mengalami hal yang sama. Kesempatan kerja malah lebih banyak diberikan kepada orang luar,” ucapnya.

Sultan menegaskan bahwa warga, khususnya pemuda, siap melanjutkan aksi yang lebih besar apabila perusahaan tetap menutup mata terhadap aspirasi masyarakat. Menurutnya, demonstrasi yang dilakukan saat ini hanyalah awal dari rangkaian aksi yang mungkin akan digelar lebih masif di masa mendatang.

“Mungkin demo pertama ini jadi awal. Ke depan, kami pemuda Galeong akan lebih kompak dan melakukan aksi besar-besaran lagi,” katanya.

Lebih jauh, Sultan menyampaikan harapannya agar perusahaan benar-benar membuka mata dan telinga terhadap kondisi masyarakat. Ia meminta agar pihak manajemen tidak hanya fokus membangun industri besar, tetapi juga memperhatikan dampak lingkungan dan sosial yang dirasakan langsung oleh warga Galeong.

“Harapannya, pihak pabrik bisa berkontribusi nyata terhadap warga lokal. Lihatlah ke bawah, jangan hanya ke atas. Pabrik tinggi-tinggi dibangun di kampung ini, tapi dampaknya malah banjir dan kami yang menanggung. Kami hanya ingin kepekaan dari perusahaan,” ujarnya.

FWGB menegaskan, aksi damai ini bukan sekadar bentuk unjuk rasa, tetapi langkah serius untuk membuka dialog antara masyarakat dan perusahaan. Warga berharap, melalui aksi ini, pihak perusahaan dapat mendengar suara mereka dan mengambil langkah nyata dalam memberikan kontribusi yang seimbang serta bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *