KOTA TANGERANG, LENSABANTEN.CO.ID — Maskapai Garuda Indonesia kembali diterpa isu miring. Pasalnya ramai di media sosial X dengan nama akun King Purwa mencuat daftar 14 eks karyawan Lion Air yang yang menjadi karyawan Garuda Indonesia bergaji hingga Rp 117 juta/bulan.
Tercatat pada aku itu, untuk level jabatan CEO Office Specialist mendapatkan gaji mulai dari Rp 52-117 juta, Senior Lead Professional digaji Rp 31,2 juta, protokol Dirut Rp 31,2 juta, dan protokol ibu Dirut Rp 25 juta.
Hal ini kemudian langsung dianggapi oleh Direktur Human Capital & Corporate Service Garuda Indonesia Enny Kristiani yang menilai bahwa informasi tersebut tidak sepenuhnya valid.
“Kami turut menyayangkan adanya penyebarluasan informasi yang tidak sesuai dengan kondisi faktual. Untuk itu, kami ingin mengajak publik agar lebih bijak dalam menerima dan menyebarluaskan informasi yang validitas datanya belum dapat dipertanggungjawabkan,” katanya melansir Detik.com, Jumat, 7 Maret 2025.
Ia membeberkan bahwa sejumlah nama yang tercantum tersebut memang tercatat sebagai CEO Office Specialist hingga Lead Professional di Garuda Indonesia yang bertugas membantu CEO dalam hal fungsi strategis berdasarkan keahlian masing-masing, mulai dari tataran perencanaan pengembangan bisnis, operasional, komersial, pengembangan jaringan hingga dukungan dalam lingkup general affairs.
Proses penerimaan pegawai tersebut dilakukan sesuai ketentuan rekrutmen kepegawaian yang berlaku. Keseluruhan pegawai tersebut berstatus sebagai pro hire dengan kontrak kerja waktu tertentu.
Sementara itu salah satu serika pekerja di Garuda, Asosiasi Pilot Garuda (APG) saat dimintai tanggapan hal ini melalui Presiden APG Captain Ruli Wijaya menjelaskan bahwa pihaknya saat ini masih mendalami informasi tersebut.
“Saat ini masih kami telusuri dan konfirmasi berita tersebut. Insya Allah akan kami informasikan kelanjutan dan beberapa hal lainnya,”ujarnya singkat.
Wajar kalau manajemen lama yang bermasalah merasa terancam kehilangan kenyamanan, dulu di kantor saya juga pernah, tapi ujungnya ketahuan beberapa yg tukang mark up dan dipecat setelah datang manajemen baru. Pemerintah mungkin berpikir praktis, daripada terus membebani keuangan negara dengan bermacam alasan, bagaimana kalau menggantinya dengan orang baru, dalam hal ini lion yang tidak merengek ke pemerintah tapi tetap untung/bertahan sementara maskapai swasta lain kolaps. Pandangan saya sebagai orang awam pengguna Garuda dan Lion.