KOTA TANGERANG, LENSABANTEN.CO.ID — Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) menjadi sorotan setelah muncul karangan bunga protes terkait gaji dosen dan pekerja yang tertunda, Selasa, 24 Desember 2024 kemarin.
Reza, Humas UMT, menjelaskan bahwa pihak universitas telah mengadakan rapat khusus untuk menyelesaikan isu ini.
Masalah ini disebabkan pengeluaran besar untuk pembangunan aset kampus yang non-produktif. Reza menyebut likuidasi aset menjadi opsi untuk menstabilkan keuangan.
“Ketika aset yang dimiliki tidak produktif, hal ini menciptakan ketidakseimbangan. Likuidasi atau penjualan aset menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan untuk menjaga stabilitas keuangan,” ujarnya.
“Hak dosen dan pekerja adalah prioritas kami. Rektor dan Badan Pembina Harian (BPH) sepakat mencari solusi terbaik,” tegasnya.
Sementara itu, kritik juga muncul terhadap kepemimpinan kampus. Beberapa dosen menilai kampus kurang transparan dan enggan menyelesaikan masalah, bahkan ada ancaman bagi dosen yang mengkritik.
Dosen berharap pemerintah dan DPRD Kota Tangerang turut membantu menyelesaikan kasus ini agar hak-hak mereka terpenuhi.
Penting diketahui, sejumlah dosen Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) melakukan protes gajinya tak dibayarkan selama berbulan-bulan diduga imba kegagalan mantan rektor UMT Dr. Amarullah menjadi calon Wali Kota Tangerang, para dosen menuntut hak-haknya dipenuhi.
Sebuah karangan bunga yang berisi aksi protes dengan membentangkan dengan bertuliskan beragam protes dan tuntutan.
“Atas Hak hilangnya hak para dosen dan pekerja UMT, semoga Allah memberikan keadilan, karna manusia tampak lupa akan kewajibannya,” tulis Serikat Dosen dan Pekerja UMT.
Para dosen ini mengaku gaji mereka tak dibayarkan itu terhitung dari bulan November 2023.