JAKARTA, LENSABANTEN.CO.ID – Memperingati usia yang ke-56 tahun, Taman Ismail Marzuki (TIM) kembali menggelar festival seni bertajuk TIMFest 56, yang akan berlangsung dari 7 hingga 10 November 2024 di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat.
Festival ini menjanjikan pengalaman seni yang kaya dan beragam, dengan menampilkan pertunjukan seni tradisional dan modern dari berbagai disiplin.
Selama empat hari penyelenggaraannya, TIMFest 56 akan menghadirkan berbagai jenis seni, mulai dari tarian tradisional, teater modern, hingga musik tradisi dan kontemporer.
Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati fashion show, art culinary, pemutaran film independen karya filmmaker muda, pembacaan puisi, serta instalasi seni interaktif yang akan menyemarakkan suasana festival.
Ryan Kampua, Program Director untuk Panggung Betawi Punye Gaye, mengatakan bahwa festival ini akan dimeriahkan oleh sejumlah musisi ternama.
“Untuk headliner-nya kita ada Bangkutaman, Sandy Canester, dan Franki Indrasmoro. Selain itu, ada juga musisi-musisi emerging dan beberapa wajah lama yang akan tampil,” ujarnya.
Di Panggung Betawi Punye Gaye, pengunjung dapat menikmati suguhan musik tradisional Betawi yang kental serta penampilan musik dangdut yang penuh energi.
Anisa Nastiti, Ketua TIMFest dan Dewan Kesenian Jakarta Komite Film serta Komisi Filantropi, menambahkan bahwa gelaran tahun ini juga akan menampilkan pidato kebudayaan oleh sutradara film Garin Nugroho.
“Pidato kebudayaan menjadi wadah untuk melakukan refleksi mendalam terhadap perkembangan budaya, politik, dan sosial di Indonesia. Ini adalah momen penting untuk merenungkan dan merayakan perjalanan seni Indonesia,” ujar Anisa.
TIMFest 56 diharapkan tidak hanya menjadi ajang untuk merayakan karya seni Indonesia, tetapi juga untuk memperkenalkan dan mempromosikan potensi seni budaya Jakarta di tingkat nasional.
Arif Rahman, Kepala UP PKJ TIM, menekankan bahwa acara ini merupakan sarana untuk mendorong kreativitas dan inovasi para talenta muda dalam dunia seni dan budaya.
“Kegiatan ini merupakan wadah untuk berinovasi dan melestarikan seni budaya, serta menumbuhkan rasa cinta terhadap seni budaya di kalangan masyarakat,” ujar Arif.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Jakarta, Iwan Henry Wardhana, menegaskan bahwa Taman Ismail Marzuki lebih dari sekadar tempat pertemuan.
“TIM adalah kawah candradimuka bagi seniman Indonesia. Di sini, semangat seni Indonesia tumbuh dan berkembang,” katanya.
Sementara itu, Bambang Prihadi, Ketua Bidang Dewan Kesenian Jakarta, menggambarkan TIM sebagai tempat di mana masa lalu, masa kini, dan masa depan bertemu. “TIM adalah panggung yang menyatukan seluruh aspek seni dan budaya Indonesia,” tambah Bambang.
Anisa Nastiti mengajak masyarakat Jakarta dan sekitarnya untuk merayakan TIMFest 56.
“Acaranya gratis, jadi kami ingin mengundang semua orang untuk merayakan dan melihat secara langsung karya seni Indonesia yang dipamerkan di sini. Ini adalah penghormatan terhadap legasi besar Bang Ali Sadikin, yang mempersembahkan TIM sebagai tempat bertemunya seniman dan penikmat seni,” pungkasnya. (san/*) foto: dok. timfest